Masya Allah, seorang ibu (sepertinya ada yang error dengan
otaknya) hingga bicara sedikit ngawur. Datang ke Ruang anak, saat aku dan
syauqi sedang menatap monitor, mencari film upin dan upin kegemarannya. Dengan
suara lantang, ibu itu berkata :
“oh, ini ya tempat main game yang dibayar ?” Semalam, anakku
kesini bawa uang Rp.50.000 buat sewa computer “ lanjutnya.
“Disini nggak pernah bayar bu, gratis!”jawabku bingung
Dengan cepat diambilnya DPA yang barusan kuletakkan di atas
meja.
“Ini ya, catatan pembayaran sewanya”. Tanya Ibu itu
“Bukan bu, “ seraya kuambil dokumennya.
Sejurus kemudian, Ibu tadi nyerocos tanpa aku tanya.
Ceritanya tentang anaknya Fadli yang ngambil uang Rp.50.000 di bawah bantalnya,
buat main game. Melihatnya bicara tanpa henti, aku mulai menebak-nebak,
jangan-jangan Ibu ini punya masalah otak (maaf). Dan ternyata dugaanku pun
terbukti ketika dengan seenaknya Ibu itu memasuki ruangan demi ruangan kantor sambil
berbicara tanpa henti. Judulnya masih tetap sama, anaknya Fadli yang ngambil
uangnya.
Saat ibu itu di ruangan referensi, anaknya datang dengan
tentengan plastik berisi dua minuman
kotak.
Segera dia menghampiri anaknya, dan keduanya berjalan menuju
Ruang Anak, berhenti dan duduk di depan computer anak. Dengan penuh kasih, Ibu
itu membelai rambut Fadli yang terlihat asyik menekan tuts keyboard. Menanyakan
tentang game bola yang semalam dimainkan anaknya, hingga jelang jam 10 malam. Tak
sedikitpun terucap marah dari mulutnya untuk Fadli, padahal sedari tadi dia
mencarinya.
Deg! Batinku trenyuh. Betapa kasih ibu tak memandang posisi
dan kondisi. Kasih ibu, adalah naluri yang dimiliki oleh setiap wanita yang
pernah melahirkan. Ibu Fadli mengajarkanku tentang kasih ibu yang tak kan
pernah pudar, dan tak memilih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar