Partner : Syauqi
Point komunikasi produktif : spesifik dalam memberikan pujian
Jelang istrahat malam, saya dan anak-anak punya kebiasaan membaca buku. Mereka bahkan akan menagih jika saya lupa. Reading aloud istilah kerennya. Dari kebiasaan ini, anak-anak jadi terlatih bercerita dengan mimik dan gerakan seperti yang kerap saya pertontonkan pada mereka.
Namun, ada hal yang menarik semalam. Saat saya masuk ke kamar, di atas tempat tidur terlihat Syauqi memeluk adiknya sayang, sambil berkata "aku sayang adikku". Adiknya pun membalas dengan pelukan sayang. Nyess, spontan saya memuji : "ummi senang sekali liat Oki dan fika seperti itu, saling menyayangi". Mereka berdua pun tersenyum manis mendengar pujian.
Bagi saya itu adalah pemandangan langka, namanya anak-anak, ada aja yang diperebutkan, pertengkaran dan teriakan yang kadang membuat kepala jadi pusing. "Semoga Allah senantiasa membuat kami saling menyayangi", pintaku dalam hati.
Blog ini berisi tulisan tentang berbagai hal seputar kehidupanku. Moga ada hikmah yang dapat diambil bagi yang membacanya.
Minggu, 31 Maret 2019
Sabtu, 30 Maret 2019
Hari ke 3 Tantangan 10H Level 1
Point Komunikasi Produktif yang diterapkan :
Kasus 1
Syauqi seringkali bermain ayunan adiknya. Jika disuruh pindah, malah ngeyel. Kalimat yang sering saya pakai untuk melarangnya adalah seperti ini :
"Oki, jangan main di ayunan adik, nanti rusak, karena Oki sudah besar". Sekali, tidak digubris, hingga kesekian kalinya dengan setengah marah saya berkata " Oki, punya telinga nda? Sudah berapa kali ummi bilang, pindah ! Jika sudah seperti ini, maka dia akan pindah sambil cemberut dan menggerutu tak jelas.
Namun hari ini, karena berniat menerapkan komprod padanya, maka ketika Syauqi selesai mandi, dan langsung duduk di ayunan, belum mengenakan pakaian, langsung saya katakan dengan nada ramah "Oki, pakai bajunya dulu nak" Biasanya urusan mengenakan pakaian sendiri selepas mandi, adalah hal yang jarang dilakukamnya, selalu meminta saya untuk membantunya. Padahal sebenarnya dia sudab bisa. Sekali, tak digubris. Saya ulangi dengan nada yang sama. Barulah dia menjawab tanpa nada marah, "iya". Dan tanpa saya suruh keluar dari ayunan, dia langsung keluar karena saya berkata "Sekarang gilirannya Oki main HP, 15 menit, harus disiplin ya! "
Apa yang menarik? Yang menarik adalah bahwa saat Oki sedang berayun, dan belum mengenakan pakaian, biasanya saya akan berkata dengan kalimat panjang " Main ayunan lagi, nanti rusak, kalau rusak adik mau pakai apa? Pakai baju cepat, nanti kalau tidak pakai baju digigit nyamuk". Namun karena saya hanya fokus pada satu hal yang saya inginkan yaitu agar dia segera memakai baju, maka saya ubah kalimatnya menjadi lebih pendek, dengan intonasi yang rendah, bahasa ramah, maka Oki lebih cepat melaksanakannya dan yang terpenting mengerjakannya tanpa rasa marah.
Kasus 2
Hari ini tepat pukul 08.00, Syauqi akan berlatih badminton. Sudah seminggu ini dia menantikannya. Jam sudah menunjukkan pukul 07.40 menit, namun dia belum sarapan, karena menanti giliran bermain hp setelah adiknya. Jatahnya 15 menit. Biasanya jika seperti ini, saya pasti akan mengambil keputusan sendiri, dengan menunda waktu main hp nya dan menyuruhnya segera sarapan agar tak terlambat. Namun bisa ditebak, dia pasti akan ngamuk karena merasa haknya dihapus. Akhirnya saya hampiri, dengan suara yang ramah saya memberi pilihan :"Oki, sekarang sudah jam 07.40,tinggal 20 menit lagi abah akan antar Oki berlatih badminton. Mau pilih mana, main HP dulu atau sarapan dulu ? Kalau mau main HP dulu, harus disiplin, agar masih sempat sarapan, tapi kalau mau sarapan dulu, waktu main HP nya mungkin tidak cukup 15 menit, nanti dilanjutkan setelah latihan". Sejenak terdiam, akhirnya dia memilih opsi pertama. Alhamdulillah.
- Mengatakan yang diinginkan bukan yang tidak diinginkan
- Intonasi suara rendah dan bahasa yang ramah
- KISS
Kasus 1
Syauqi seringkali bermain ayunan adiknya. Jika disuruh pindah, malah ngeyel. Kalimat yang sering saya pakai untuk melarangnya adalah seperti ini :
"Oki, jangan main di ayunan adik, nanti rusak, karena Oki sudah besar". Sekali, tidak digubris, hingga kesekian kalinya dengan setengah marah saya berkata " Oki, punya telinga nda? Sudah berapa kali ummi bilang, pindah ! Jika sudah seperti ini, maka dia akan pindah sambil cemberut dan menggerutu tak jelas.
Namun hari ini, karena berniat menerapkan komprod padanya, maka ketika Syauqi selesai mandi, dan langsung duduk di ayunan, belum mengenakan pakaian, langsung saya katakan dengan nada ramah "Oki, pakai bajunya dulu nak" Biasanya urusan mengenakan pakaian sendiri selepas mandi, adalah hal yang jarang dilakukamnya, selalu meminta saya untuk membantunya. Padahal sebenarnya dia sudab bisa. Sekali, tak digubris. Saya ulangi dengan nada yang sama. Barulah dia menjawab tanpa nada marah, "iya". Dan tanpa saya suruh keluar dari ayunan, dia langsung keluar karena saya berkata "Sekarang gilirannya Oki main HP, 15 menit, harus disiplin ya! "
Apa yang menarik? Yang menarik adalah bahwa saat Oki sedang berayun, dan belum mengenakan pakaian, biasanya saya akan berkata dengan kalimat panjang " Main ayunan lagi, nanti rusak, kalau rusak adik mau pakai apa? Pakai baju cepat, nanti kalau tidak pakai baju digigit nyamuk". Namun karena saya hanya fokus pada satu hal yang saya inginkan yaitu agar dia segera memakai baju, maka saya ubah kalimatnya menjadi lebih pendek, dengan intonasi yang rendah, bahasa ramah, maka Oki lebih cepat melaksanakannya dan yang terpenting mengerjakannya tanpa rasa marah.
Kasus 2
Hari ini tepat pukul 08.00, Syauqi akan berlatih badminton. Sudah seminggu ini dia menantikannya. Jam sudah menunjukkan pukul 07.40 menit, namun dia belum sarapan, karena menanti giliran bermain hp setelah adiknya. Jatahnya 15 menit. Biasanya jika seperti ini, saya pasti akan mengambil keputusan sendiri, dengan menunda waktu main hp nya dan menyuruhnya segera sarapan agar tak terlambat. Namun bisa ditebak, dia pasti akan ngamuk karena merasa haknya dihapus. Akhirnya saya hampiri, dengan suara yang ramah saya memberi pilihan :"Oki, sekarang sudah jam 07.40,tinggal 20 menit lagi abah akan antar Oki berlatih badminton. Mau pilih mana, main HP dulu atau sarapan dulu ? Kalau mau main HP dulu, harus disiplin, agar masih sempat sarapan, tapi kalau mau sarapan dulu, waktu main HP nya mungkin tidak cukup 15 menit, nanti dilanjutkan setelah latihan". Sejenak terdiam, akhirnya dia memilih opsi pertama. Alhamdulillah.
Jumat, 29 Maret 2019
Hari ke - 2 Tantangan 10H Level 1
Saat syauqi ingin makan dengan lauk abon kesukaannya, sementara abonnya tinggal sedikit, hanya cukup sekali makan. Biasanya jika makan dengan lauk ini, dia bisa nambah beberapa kali. Yang menarik adalah, saat makanannya habis dan minta nambah, dengan intonasi rendah, lembut dan ramah saya katakan :
"Nak, abonnya sudah habis". Spontan Syauqi cemberut, tanda-tanda akan marah.
"Oki sayang, tadi waktu ke pasar, uang Umi tidak cukup untuk beli abon, karena harus beli yang lain" sambil saya sebutkan satu persatu.
"Insya Allah, pasar berikutnya kita beli lagi ya?
Akhirnya dia pun paham dan mau menerima, walau masih sedikit kesal. Padahal biasanya ia akan marah-marah dan membentak. Menjelang tidur dia mita dibuatkan telur dadar karena masih lapar.
Di hari kedua ini, perubahan yang saya rasakan adalah dengan menerapkan komunikasi produktif saya menjadi tidak gampang marah, walaupun lelah. Sehingga otak dapat berfikir mencari solusi dan jiwa pun terasa lebih lapang.
Sementara perubahan yang terjadi pada syauqi adalah dengan mendengar suara yang bersahabat dari Uminya, membuatnya dapat menahan amarahnya dan durasi marahnya lebih singkat.
Bahkan pagi tadi, dia sempat minta maaf ke Umi saat saya tegur untuk berkata sopan pada orang tua.
Alhamdulillah ala kulli hal, semoga bisa tetap istiqamah menerapkan komunikasi produktif.
Kamis, 28 Maret 2019
Tantangan 10 hari Level 1 Kelas Bunda Sayang
Memasuki tantangan 10 hari pada level 1 Kelas Bunda Sayang, dengan tugas mengaplikasikan "Komunikasi Produktif" pada pasangan atau anak.
Untuk tantangan pertama ini, saya memilih Syauqi (usia 5 tahun, sudah sekolah di TK) sebagai partner dalam mengaplikasikan komuniaksi produktif. Mengapa memilih dia ? sementara masih ada dua anak lainnya ? Tentu ada pertimbangan tersendiri.
- Syauqi bawaannya suka marah-marah, setelah dievaluasi ternyata penyebabnya dari cara saya, abah dan kakaknya dalam berkomunikasi.
- Syauqi, jika menginginkan sesuatu, ingin serba cepat, tidak mau bersabar, jika tak segera dipenuhi, bawaannya akan marah-marah terus
- Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah
- Katakan yang diinginkan bukan yang tidak diinginkan
- Ganti perintah dengan pilihan
Begitu juga saat si putri bungsu cemberut, ngotot gak mau pindah dari pangkuanku, sementara kakaknya minta diambilkan sesuatu dan mulai terlihat tanda-tanda akan marah dan bersiap memukul si adik. Biasanya kalau sudah seperti ini, saya akan pusing dan ujung-ujungnya akan marah. Namun, dengan intonasi lembut dan ramah, saya coba bujuk si bungsu, beberapa kali, belum berhasil. Terakhir kalinya saya berkata ramah disertai pujian, akhirnya si bungsu tersenyum dan bergegas mengambilkan benda yang diinginkan si kakak. Ahhh, legaaaaa, hari ini bisa ramah.
Trus, saat syauqi kembali "berulah" tak mau mandi, abah mulai tinggi intonasi suaranya. Segera aku berkata sambil tersenyum "abah, rendahkan intonasi suara". Eh, si abah tersenyum dan mulai lembut (soalnya dia dah baca materi komunikasi produktif yang saya forward).
Langganan:
Postingan (Atom)