Kamis, 28 Maret 2019

Tantangan 10 hari Level 1 Kelas Bunda Sayang


Memasuki tantangan 10 hari pada level 1 Kelas Bunda Sayang, dengan tugas mengaplikasikan "Komunikasi Produktif" pada pasangan atau anak.

Untuk tantangan pertama ini, saya memilih Syauqi (usia 5 tahun, sudah sekolah di TK) sebagai partner dalam mengaplikasikan komuniaksi produktif.  Mengapa memilih dia ? sementara masih ada dua anak lainnya ? Tentu ada pertimbangan tersendiri.

  • Syauqi bawaannya suka marah-marah, setelah dievaluasi ternyata penyebabnya dari cara saya, abah dan kakaknya dalam berkomunikasi.
  • Syauqi, jika menginginkan sesuatu, ingin serba cepat, tidak mau bersabar, jika tak segera dipenuhi, bawaannya akan marah-marah terus
Saya ingin sekali merubah perilaku negatif di atas dengan memperbaiki cara saya berkomunikasi dengannya. Point yang akan saya terapkan adalah :

  • Kendalikan intonasi suara dan gunakan suara ramah
  • Katakan yang diinginkan bukan yang tidak diinginkan
  • Ganti perintah dengan pilihan
Untuk hari ini, saya mencoba menerapkan point pertama dan ketiga saat syauqi bangun di pagi hari. Biasanya di pagi hari ia lambat bangun, yang kadang membuat saya sering marah marah karena harus bergegas ke kantor. Tapi karena ingin menerapkan point 1, maka saya coba menahan emosi saat dia mulai "berulah". Bangun tidur, dia ingin minum madu, karena batuk dan pilek, tanpa sengaja madu saya tuang ke dalam gelas berisi air, padahal syauqi maunya minum madu tanpa dicampur air. Dia langsung nangis, minta ganti gelas. Dengan intonasi lembut saya berkata "iya, ummi ganti gelasnya", padahal biasanya saya akan emosi dan berkata " duhhhhh cerewetnya, ummi sudah mau ke kantor, nanti telat!. Kalau sudah berkata begitu, pasti Syauqi akan tambah nangis dan ngambek tak jadi minum madu. Tapi karena uminya gak marah, jadinya syauqi anteng aja. 
Begitu juga saat si putri bungsu cemberut, ngotot gak mau pindah dari pangkuanku, sementara kakaknya minta diambilkan sesuatu dan mulai terlihat tanda-tanda akan marah dan bersiap memukul si adik. Biasanya kalau sudah seperti ini, saya akan pusing dan ujung-ujungnya akan marah. Namun, dengan intonasi lembut dan ramah, saya coba bujuk si bungsu, beberapa kali, belum berhasil. Terakhir kalinya saya berkata ramah disertai pujian, akhirnya si bungsu tersenyum dan bergegas mengambilkan benda yang diinginkan si kakak. Ahhh, legaaaaa, hari ini bisa ramah. 

Trus, saat syauqi kembali "berulah" tak mau mandi, abah mulai tinggi intonasi suaranya. Segera aku berkata sambil tersenyum "abah, rendahkan intonasi suara". Eh, si abah tersenyum dan mulai lembut (soalnya dia dah baca materi komunikasi produktif yang saya forward).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar