Sabtu, 20 April 2019

Aliran Rasa Pasca Tantangan 10 Hari Level 1


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah akhirnya saya dapat menyelesaikan game 1 ini hingga hari ke 17. Awalnya komprod ini saya praktekkan pada putra ke 4, Syauqi. Namun ternyata menular ke adik dan kakaknya.
Di awal, menjadi perjuangan yang susah susah gampang. Karena harus belajar menahan amarah, berkata lembut dan ramah disaat emosi memuncak. Namun ketika berhasil, rasanya bahagiaa sekali.  

Ada banyak keajaiban-kejaiban yang tak terduga sebelumnya sebagai hasil dari penerapan komprod, diantaranya :
- Syauqi sudah bisa berkata lembut pada adiknya
- Saya tak pernah mencubit lagi hingga tulisan ini dibuat 😊 semoga menjadi habit baru.
- Tak lagi terlalu otoriter, karena sudah terbiasa dengan memberi pilihan pada anak, walau sesekali kembali ke kebiasaan lama
- Berkata lembut pada putra ketigaku, sangat manjur untuk membuatnya segera beranjak melakukan perintahku, yang sebelumnya harus berulang kali berbicara baru bergerak.

Semoga dengan bertambahnya ilmu, membuatku semakin arif sebagai orang tua dalam membersamai tumbang anak.

Terima kasih banyak kepada bunda fasil, teman-teman di kelasbunda sayang batch 5 dan pengurus ips atas ilmu dan dukungannya. Semoga berbalas pahala ganda.





Minggu, 14 April 2019

Hari ke 17 Tantangan 10H Level 1 Kelas Bunda Sayang Batch 5

Partner : Rafi
Point Komprod : Rendahkan intonasi, katakan yang diinginkan

Siang ini,  aku dan ketiga anakku sedang di perpustakaan. Hari ini ada tes STIFIN untuk anak-anak di ruang baca umum.  Sementara di aula lantai dua sedang berlangsung pelatihan akupuntur. Rafi dan adiknya bermain petak umpet. Berlari saling mencari dari lantai 1 ke lantai 2. Melihat itu,  aku khawatir ulah keduanya bisa mengganggu konsentrasi peserta pelatihan. Segera kudekati Rafi yang sedang berlari.
"Dul,  berhenti !" kataku sembari memegang tangannya.
" Nanti orang terganggu,  ayo ke ruang baca anak" ajakku pelan.
Masih dengan nafas yang ngos-ngosan, Rafi mengikutiku nyaris tanpa penolakan.

Biasanya,  saat mereka berlarian seperti itu aku akan marah dan berkata :
"Jangan lari-lari! " Bukannya berhenti, mereka malah semakin bersemangat berlarian kian kemari.

Alhamdulillah. Semoga aku bisa lebih produktif dalam berkomunikasi dengan anak-anak.

Sabtu, 13 April 2019

Hari ke 16 Tantangan 10H Level 1 Kelas Bunda Sayang Batch 5

Partner : Rafi dan Syauqi
Point Komprod : KISS

kedua putraku ini,  Rafi dan Syauqi memiliki jenis kecerdasan yang sama, Sensing. Jenis kecerdasan yang identik dengan tenaga kuat dan memori besar. Sehingga keduanya memiliki stok energi yang besar untuk selalu bergerak dan melakukan banyak aktivitas. Disaat anak yang lain tidur siang, keduanya memilih ujtuk beraktivitas apa saja, yang penting tudak tidur. Sebelum tes STIFIN, kerapkali aku memaksa mereka untuk tidur siang dengan alasan agar bisa fresh belajar fi malam hari.  Namun keduanya menolak dengan alasan tidak ngantuk. Tapi aku kadang ngotot, memaksanya untuk tetap tidur. Alhasil, keduanya seringkali berbaring di sisiku, dan disaat sudah terlelap, mereka telah pergi bermain.

Seperti siang ini, adik, abah dan aku sudah beranjak istrahat siang. Namun Rafi malah membujukku untuk bisa mencuci kolam kamar mandi. Alasan yang sering diutarakannya bila ingin bermain air bersama adiknya. Karena sudah tau watak mereka berdua, maka kuizinkan sambil memberikan instruksi singkat dan sederhana.
"Oke,  Ummi izinkan.  Dengan syarat kolam harus bersih, dan baju basah disimpan di baskom"
Sumringah keduanya menjawab "Oke Mi".

Aku pun merebahkan badan, sayup terdengar riuh suara kedua putraku saat mengetik tugas kali ini.


Jumat, 12 April 2019

RAFI DAN SUBUH YANG "HEROIK"

Ada yang lucu, heroik sekaligus mengharukan subuh hari ini. Rafi, putra ketigaku melompat dari pagar tetangga demi mengejar sholat subuh berjamaah di mesjid Nurut Tijaarah Pasar Sentral Enrekang, yang lokasinya tak jauh dari rumah.

Kok bisa ?
Begini ceritanya...
Saat azan subuh berkumandang, seperti biasa aku membangunkan Rafi. Tapi yang namanya anak-anak --usia Rafi sekarang menuju 10 tahun -- saat dibangunkan gampang-gampang susah.

"Rafi, ayo bangun, sudah azan" kataku sambil menggerak-gerakkan badannya
"Mmm, nanti Mi" gumamnya sembari menggeliat
"Ayo, assholatu khairun minannaum, sholat itu lebih baik daripada tidur. Kalau tak mau ke mesjid, shalat di rumah saja bersama Umi".
"Umi saja yang sholat, aku masih ngantuk" katanya lalu kembali memejamkan mata.

Akhirnya, Rafi kutinggalkan. Saat sedang sholat sunnat qabliyah subuh, terdengar iqamat dari mesjid, diiringi langkah kaki yang berlari cepat menuju pintu depan. Sholatku jadi tak khusyuk, teringat gembok pagar yang belum sempat kubuka.

Ternyata Rafi mengambil jalan pintas dengan memanjat pagar tetangga yang tingginya hampir 2 meter, masih dengan celana tidurnya. Perasaanku campur aduk. Geli,khawatir diselipi rasa syukur tak terhingga. Karena di dalam hati putraku telah terinstal keasadaran akan kewajiban sholat fardhu dan keutamaan berjamaah di mesjid.

Bukan hanya sekali Rafi seperti ini, berlari saat iqomat terdengar. Namun tak "seheroik" subuh ini.

Alhamdulillah, sholat subuh berjamaah di mesjid sudah menjadi kebiasaan bagi Rafi. Namun subuh ini tentu membawa pelajaran berharga bagiku bahwa saat abahnya tak di rumah, dan Rafi belum bangun, gembok pagar harus sudah terbuka, agar tak ada lagi peristiwa "lompat pagar" yang terulang. Dan yang terpenting adalah bagaimana membiasakannya bangun lebih awal, agar tak tergesa melaksanakan sholat.


Hari ke 15 Tantangan 10H Level 1 Kelas Bunda Sayang Batch 5

Partner : Rafi Raidul Islam
Point Komprod : Kiss (Keep Information Shirt and Simple)

Putra ketigaku, Rafi alias Idul, masih punya kebiasaan buruk yang menjadi PR ku. Tiap kali habis mandi, handuknya lupa dijemur, lampu tak dimatikan, air kadang ngalir terus. Beberapa kali sudah diingatkan, namun masih saja ada yang terlupakan, terutama jika ia dalam kondisi tergesa.
Namun pagi ini aku coba point komprod KISS, berharap ada perubahan yang signifikan. 

Selesai sarapan, biasanya dia masih berleha-leha, putar sana sini, belum juga beranjak mandi.

"Dul, mandi nak! "kataku mengingatkan
"Iya" jawabnya segera dan mengambil handuk.  Suprise, sekali perintah, langsung dikerjakan. Biasanya cuma iya, iya.
Selesai mandi, aku mengingatkan lagi :
"Dul, airnya, lampunya di off kan"
"Iya"
Selesai berpakaian, handuk dan pakaian kotor masih tergeletak di kasur.
" Dul, ada yang terlupa, handuk dan baju kotor disimpan di tempatnya"
"Iya".
Alhamdulillah, Rafi berangkat sekolah dengan melakukan semua hal yang kuperintahkan tanpa harus bersitegang.






Rabu, 10 April 2019

Hari ke 14 Tantangan 10H Level 1 Kelas Bunsay Batch 5


Partner : Syauqi dan Fikrah
Point Komprod  : "Gunakan Intonasi Rendah dan Bahasa Ramah"

Semalam, Ibu mertua datang ke rumah. Katanya dari acara kawinan, trus singgah di rumah untuk sholat isya. Anak-anak saking senangnya ketemu nenek, jadi tambah lincah bergerak kesana kemari, berlarian, lompat-lompatan,  bermaksud menarik perhatian neneknya.

Namun, semakin lama ulah Syauqi dan Fiqrah makin tak terkontrol.  Bergantian keduanya melompat dan membuang badannya ke sofa. Dan akhirnya berbenturan. Si kecil menangis kesakitan, si Kakak malah marah hendak memukul adiknya. Tak lama berselang, keduanya tertawa berdua, mengulang lompatan sebelumnya.  Biasanya dalam kondisi seperti itu, aku pasti marah. Sebab sedari tadi sudah diingatkan untuk berhenti, namun tak digubris.

Ilmu komprod kembali beraksi, dengan intonasi rendah kucoba mengingatkan keduanya. Walau tetap tak digubris. Dalam hati berkata, "Kok anak-anak jadi agresif begini ya? Apa karena kebanyakan makan coklat tadi sore? ". Apalagi mengingat Syauqi yang mesin kecerdasannya sensing,  tak bisa diam,  selalu ingin bergerak. Boleh jadi" jawabku sendiri.

Aku bersyukur, di situasi genting seperti itu, saat anak-anak begitu hiperaktif, aku masih dapat mengontrol emosi hingga tak sampai mendaratkan cubitan. Komprod selalu membuatku dapat bersabar dan tanpa kusadari telah sekian lama tak pernah mencubit.


Selasa, 09 April 2019

Hari ke 13 T10H Level 1 Kelas Bunda Sayang Batch 5


Partner : Abdul Rauf (Suami)
Point Komprod :

  • Eye contac
  • Kaidah 7,38,55


Pagi hari,  saat bersama suami menghendel 3 orang anak untuk memulai harinya. Putra ketiga dan keempat bersiap ke sekolah sedang si putri bungsu ke rumah nenek. Putra pertama dan kedua sementara menimba ilmu di pulau sebrang. 

Abah (begitu aku dan anak-anak memanggilnya),  telah tau dan menyetujui keikutsertaanku dalam kelas Bunda Sayang.  Bahkan kami pernah berbincang terkait materi komprod yang sengaja kutempel di samping lemari.  Ia kerap mengamatiku dalam diamnya saat terjadi perubahan sikap dalam berkomunikasi dengan anak-anak. 

Pernah suatu kali Ia berbicara dengan nada tinggi pada Syauqi.  Lalu dengan tersenyum aku berkata : 
"Abah, rendahkan intonasi suara" kataku seraya memperlihatkan gerakan tangan ke bawah.  Abah hanya senyum. 

Pun pagi ini, terdengar nada tinggi suaranya saat perintahnya tak digubris Syauqi, untuk segera mandi. 

Kembali aku mengingatkan dengan gerakan tangan ke bawah, menatapnya dengan senyum, dan berkata "rendahkan intonasi". Alhasil, dia kembali mengajak Syauqi untuk mandi, tentu dengan nada yang lebih rendah. 

Senin, 08 April 2019

Hari ke 12 Tantangan 10H Level 1 Kelas Bunda Sayang Batch 5


Partner : Rafi Raidul Islam ( Putra ketiga )
Point Komprod : " Gunakan Intonasi Rendah, Bahasa yang Ramah"

Malam menjelang tidur. Sekujur tubuh penat, betis bagian yang paling letih kurasakan.  Wajar saja, seharian di hari libur ini, agenda padat merayap. Pagi, membantu di acara pengantin keluarga, beranjak siang menghadiri seminar "Magnet Rezeki". Ba'da duhur membersamai anak dan bergelut dengan pekerjaan domestik hingga jelang isya. Aku yang penderita hipotensi,  gampang lelah, menghadapi seabrek kegiatan, betul-betul membuatku drop. Dalam kondisi seperti ini tentu saja rawan memicu amarah, bila anak mulai "bereksplorasi".

Malam, saat kurebahkan tubuh di pembaringan, berharap bisa segera tidur pulas.  Si bungsu malah memintaku membacakan 3 buku untuk pengantar tidur.  Rasanya tak kuasa menolak, melihat wajah imutnya memelas.  Usai membaca, Syauqi kembali menguji kesabaranku. Hal yang biasa dilakukannya sendiri, menyalakan lampu kamar mandi, menjadi masalah karena dia merengek memohon bantuanku yang saat itu dalam posisi tertelungkup hampir terpejam. Andai saja, tak ingat komprod, amarahku pasti memuncak, seperti yang sudah-sudah.

Hanya Rafi yang kuharap dapat membantu, karena abah sedang ada operasi di rumah sakit. Dengan suara yang lembut, kucoba meminta bantuan pada Rafi yang saat itu sementara serius membaca di sisiku.

"Dul,  tolong bantu adik nak! Umi capek sekali".

Tanpa menunggu diperintah dua kali, bergegas Rafi membantu adiknya. Walau masih disertai rasa kesal melihat adiknya yang begitu manja.

"Umi ingin sekali dipijit" gumamku pelan.
Tiba-tiba Rafi dengan cepat memijit betisku, padahal aku tak menyuruhnya.  Berkaca mataku, diiringi doa yang didengarnya "Semoga Allah memasukkanmu ke dalam surga nak". Doa tulus dariku semoga diijabah, karena pijatan lembut anakku betul-betul menyentuh ke kedalaman rasaku.

Minggu, 07 April 2019

Hari ke 11 Tantangan 10H Level 1 Kelas Bunda Sayang Batch 5


  •  Partner : Syauqi
  • Point komprod : "Jelas dalam memberikan pujian"
Meski usianya telah 5 tahun lebih. Dan insya Allah tahun ini Syauqi akan masuk Sekolah Dasar,  namun sifat manjanya masih terlihat.  Manja bukan berarti ia tak bisa melakukan, namun lebih kepada sifat malas dan mengandalkan uminya.  Dalam hal BAK dan BAB misalnya, dia tuh sudah bisa melakukan sendiri. Tapi nggak tau kenapa selalu pinginnya dibantu siram. Padahal saya dah jelasin ke dia kalau mau BAK dan BAB di kamar mandi kecil saja, karena mudah bagi dia untuk meraih gayung saat cebok(maaf). Namun,  begitulah anak-anak, sekali dia melakukannya sendiri, dan selebihnya tetap dibantu. 

Pagi ini, sebuah suprise menurutku karena Syauqi melakukan BAK mandiri. Akhirnya aku beri pujian :
" Duh,  pintarnya anak Umi,  bisa BAK sendiri"
mendengar pujianku, Oki cuma senyum.

Sebelum tau materi komprod, biasanya untuk semua jenis perbuatan baik yang dilakukannya,  aku memujinya seperti ini  " Pintarnya anak Umi". Hingga pernah di suatu hari aku memujinya dengan kalimat seperti diatas, trus Syauqi nanya ke abahnya, "Kenapa Umi memujiku? ". Berarti dia gak faham, karena pujiannya tidak spesifik. Akhirnya dia tak tau, mana perilaku yang mesti dipertahankan dan mana yang tidak. 

Semoga saja di hari-hari berikutnya hal baik ini terulang dan menjadi kebiasaan. Pun aku bisa memberikan pujian/kritikan yang jelas sehingga bisa memandunya menjadi anak yang lebih baik. Amin. 

Sabtu, 06 April 2019

Hari ke 10 Tantangan 10H Level1 Kelas Bunda Sayang Batch 5


Partner : Syauqi
Point Komunikasi Produktif :
" Katakan yang diinginkan bukan yang tidak diinginkan "

Beberapa kali terdengar kata "kugasako" (artinya aku pukul) terlontar dari mulut Syauqi dan Fikrah saat keduanya tengah bermain bersama.  Kadang kata itu keluar disertai senyum dan tawa, kadang pula keluar bersama teriakan marah.

Kata itu, di masyarakat kami terdengar tak sopan, kasar dan urakan. Entah darimana anak-anak mendapatkan dan menanamnya di otak.  Yang jelas tak pernah sekalipun kami menggunakan diksi itu.

"Oki, perbaiki kata-katanya nak ! Kira-kira diganti dengan kata apa ya ?"
"Tidak kutemaniko" usul Oki
"Iya, lebih baik pakai kata itu" balasku setuju.

Keduanya pun sepakat menggunakan kata tesebut untuk memggantikan kata "lama". Walau sesekali tanpa sadar kata tak sopan itu terlontar, namun dengan sigap aku mengingatkan dengan lembut.

Andau belum tau ilmu komprod, pasti saya akan berkata seperti ini :
"Oki, jangan bilang kugasako, tidak sopan".
Dengan menggunakan point komprod ini,  terlihat sekali perbedaannya.  Anak lebih cepat menurut. Ketimbang pola komunikasi lama yang membuat anak malah melakukan apa yang kita larang.



Jumat, 05 April 2019

Hari ke 9 Tantangan 10 Hari Level 1 Kelas Bunda Sayang Batch 5


Partner : Syauqi
Point Komunikasi Produktif :
" Gunakan Intonasi Rendah dan Bahasa Ramah "



Pagi hari adalah waktu tersibuk di keluarga kami. Karena harus bersiap ke kantor dan ke sekolah. Apalagi di hari Jum'at saat yang menghendel anak-anak hanya saya seorang. Soalnya abah punya jadwal rutin olahraga di pagi buta.

Jadilah saya kembali berjibaku dengan ketiga anakku. Beberapa kali Syauqi membuat ulah. Yah...biasalah, malas beranjak dari tempat tidur, malas untuk segera mandi karena masih dingin. Belum lagi si bungsu yang juga ngotot minta diperhatikan dan dilayani, disaat saya sementara mengurus Syauqi. Tentu di kondisi ini kesabaran saya betul-betul teruji.

Namun, saya mencoba untuk tetap menerapkan point komprod di atas. Walau tak maksimal, karena sepertinya masih susah untuk menggunakan bahasa ramah jika emosi sudah mulai memuncak. Yang berhasil saya lakukan adalah dengan tetap menjaga agar intonasi suara tetap rendah, sehingga kesannya tidak marah-marah. Sebab, sedikit saja saya bersuara keras, tentu akan lebih kacau.

Dan alhamdulillah, point komprod ini berhasil membantu saya untuk mengantarkan anak-anak ke sekolah tepat waktu, damai dan lega.

Kamis, 04 April 2019

Hari ke 8 Tantangan 10 Hari Level 1 Kelas Budna Sayang Batch 5



Partner  :  Fiqrah Talita Jayyidah ( Putri bungsu, 3 tahun lebih)
Point Komunikasi Produktif  : 

  • Gunakan Intonasi Rendah dan Bahasa Ramah
  • Mengganti perintah dengan pilihan


Pagi hari sepulang dari Makassar menghadiri Wisuda Bunda Sayang dan Tudang Sipulung, semua masih ngantuk. Namun karena harus berangkat ke kantor, terpaksa segera bersiap siap. Syauqi masih tidur, sehingga yang jadi partner komprodku kali ini adalah adiknya yang lebih dulu bangun.

Sudah menjadi kesepakatan dalam keluarga terkait jadwal bermain gadget bagi ketiga putra dan putriku. Setiap hari mereka mendapat jatah 15 menit, biasanya diambil sebelum berangkat ke sekolah. Dan pagi ini, Fiqrah menagih jadwalnya, saat saya bersiap ke kantor. Jika biasanya dalam kondisi seperti ini (pingin cepat-cepat ke kantor) maka saya akan menolak memberi HP dan akan memaksanya untuk segera kumandikan, dan bisa dipastikan Ia akan meronta-ronta. Namun karena berniat menerapkan komprod, maka saya mengganti perintah dengan pilihan.

"Ika, kalau mau main HP dulu, nenek yang mandikan. Tapi kalau mau dimandikan sama Umi, main HP nya setelah mandi, bagaimana ?"
" Mau main HP dulu" jawabnya.
"Oke, tapi nenek yang mandikan ya, bukan Umi" ujarku mencoba menegaskan.
"Iya, Mi"

Akhirnya aku pun menghargai pilihannya dan mensetting alarm 15 menit sembari mengingatkan agar disiplin waktu.

Alhamdulillah, dengan komunikasi produktif, aku bisa lega, fikrah pun dapat menikmati pilihannya.

Rabu, 03 April 2019

Hari ke 7 Tantangan 10H Level1 Kelas Bunsay Batch 5

Komunikasi produktif

Partner : Syauqi

Menulis tantangan kali ini,  betul-betul menantang. Karena ditulis di atas mobil dalam perjalanan pulang menuju Enreksd ng dengan  kondisi lelah dan ngantuk sepulang dari acara Tudang Sipulung. Soalnya kami berangkat dari Enrekang pukul 01.00 bersama suami dan 3 orang anak. Namun karena semangat membara ingin melakukan yang terbaik, maka kutulislah setoran kali ini.



Sesaat sebelum tidur, di malam keberangkatan kami ke Makassar, Syauqi kembali menguji kesabaranku. Kali ini dia baru minta makan disaat aku akan memejamkan mata, setelah lelah prepare persiapan ke Makassar. Padahal tadi sudah makan,  cuma sedikit karena ingin main dengan kakaknya.



"Oke,  kalau Oki mau makan, Umi temani.  Tapi lauknya yang ada saja, pilih tempe atau abon" kataku memberi pilihan

" Saya mau telur dadar" jawabnya merajuk

" Tidak, Umi capek" sahutku mencoba bersabar dan merebahkan badan.



Oki cuma diam, duduk bersandar di sisi ranjang. Sebenarnya aku tak tega, tapi Oki sudah beberapa kali seperti ini, minta makan saat aku sudah ingin tidur.  Beberapa kali sudah disampaikan, kalau mau makan, makan sama-sama, supaya tidak minta makan lagi menjelang tidur. Sepertinya saya punya PR lain terkait hal ini.



Mungkin dia menyadari kesalahannya, lalu dia memelukku dan minta maaf.  Alhamdulillah, dengan kesabaran, akhirnya malam itu kami lalui dengan baik, dan semoga Oki bisa paham.

Selasa, 02 April 2019

Hari ke 6 Tantangan 10H Level 1

Partner  : Syauqi/Oki
Point komunikasi produktif :

  • Katakan yang diinginkan bukan yang tidak diinginkan
  • Gunakan Intonasi rendah


Saat makan malam bersama, Syauqi terlihat menyisakan sedikit nasinya.

"Oki, kenapa nasinya tidak dihabiskan ?" tanyaku
" Ini ada lomboknya" jawabnya keras sedikit marah
"Oki, suaranya dipelankan nak !" ujarku ramah

Mendengar itu, Oki cuma diam dan bergegas minum lalu ke depan untuk bermain.
Beberapa kali saya ingatkan Oki di hari-hari sebelumnya agar bisa berbicara lebih lembut dan tidak marah-marah. Apalagi jika adiknya merebut mainannya, kadang Oki marah dan refleks memukul. Tapi setelah diingatkan dengan baik, Oki bisa lebih sabar menghadapi adiknya. Seperti kemarin malam saat kami bertiga bermain ular tangga muslim. Adiknya ngotot ingin memindahkan untanya ke kotak yang diinginkan, walau tak sesuai aturan main. Dengan suara ramah cenderung membujuk, Oki berkata kepada adiknya :

"Ika, untanya disini saja ya, lebih dekat"

Alhamdulillah, si adik menurut. Akupun menimpali :

"Nah kan, kalau adik dilembuti jadi nurut sama kakak". Oki hanya senyum.

Alhamdulillah, semoga makin konsisten menerapkan komunikasi produktif. Jadi lebih tenang menghadapi anak-anak.

Senin, 01 April 2019

Hari ke 5 Tantangan 10H Level 1

Partner : Syauqi ( Oki)
Point Komunikasi Produktif :
Fokus ke depan bukan masa lalu
Mengganti perintah dengan pilihan


Praktek 1
Seperti biasanya, menjelang tidur Syauqi dan Fikrah minta dibacakan buku. Namun sebelumnya karena berniat mempraktekkan komunikasi produktif , maka saya bertanya kepada Syauqi :

" Alhamdulillah, Syauqi sudah hafal banyak surah pendek, sudah gabung di club badminton anak, tapi ada yang masih membingungkan Umi, kenapa Syauqi masih sering marah-marah, ada yang bisa Umi bantu supaya Oki tak marah-marah lagi ?

" Saya marah-marah karena adek Ika suka memukul dan kak Idul suka mengejek saya " kata Oki
" Oh, itu ya sebabnya, terima kasih karena Umi sudah tau " kataku sambul tersenyum.

Beberapa hari ini kami memang sudah sepakat dan telah membicarakan dalam family forum terkait sanksi jika memukul, mencubit, menendang dan mengejek. Dan semuanya sepakat bahwa sanksinya adalah pengurangan waktu bemain gadget. Setiap anak punya jatah bermain gadget 15 menit perhari. Secara rinci sanksinya sebagai berikut :
Menendang, dikurangi 3 menit
Memukul/mencubit, dikurangi 2 menit
Mengejek, dikurangi 1 menit
Jika waktu telah berkurang, maka dapat mengembalikan waktu bermainnya dengan melakukan kebaikan apapun jenisnya. Namun waktu maksimal bermain gadget tetap 15 menit. Jadi semoga dengan penerapan aturan ini secara konsisten dan adil, dapat mengurangi frekuensi marahnya Syauqi.

Praktek 2

Pagi ini, Syauqi telat bangun, padahal jam sudah menunjukkan pukul 06.50. Sementara tiap pagi sebelum ke sekolah, dia punya jatah bermain gadget 15 menit. Biasanya dalam kondisi seperti ini, saya pasti akan memaksanya untuk segera mandi. Namun karena ingin menerapkan komunikasi produktif, maka akhirnya saya memberi pilihan :

" Oki, mau main HP dulu 10 menit lalu mandi, atau mandi dulu dan setelahnya bisa main HP 15 menit".
" Kenapa 10 menit ? Oki protes.
" Karena kalau oki main HP dulu nanti telat ke sekolah, soalnya Oki mandinya lama" kataku menjelaskan.

Akhirnya Oki setuju, walau terlihat berat, namun yang saya syukuri adalah dia tak ngambek di pagi hari.