Jumat, 12 April 2019

RAFI DAN SUBUH YANG "HEROIK"

Ada yang lucu, heroik sekaligus mengharukan subuh hari ini. Rafi, putra ketigaku melompat dari pagar tetangga demi mengejar sholat subuh berjamaah di mesjid Nurut Tijaarah Pasar Sentral Enrekang, yang lokasinya tak jauh dari rumah.

Kok bisa ?
Begini ceritanya...
Saat azan subuh berkumandang, seperti biasa aku membangunkan Rafi. Tapi yang namanya anak-anak --usia Rafi sekarang menuju 10 tahun -- saat dibangunkan gampang-gampang susah.

"Rafi, ayo bangun, sudah azan" kataku sambil menggerak-gerakkan badannya
"Mmm, nanti Mi" gumamnya sembari menggeliat
"Ayo, assholatu khairun minannaum, sholat itu lebih baik daripada tidur. Kalau tak mau ke mesjid, shalat di rumah saja bersama Umi".
"Umi saja yang sholat, aku masih ngantuk" katanya lalu kembali memejamkan mata.

Akhirnya, Rafi kutinggalkan. Saat sedang sholat sunnat qabliyah subuh, terdengar iqamat dari mesjid, diiringi langkah kaki yang berlari cepat menuju pintu depan. Sholatku jadi tak khusyuk, teringat gembok pagar yang belum sempat kubuka.

Ternyata Rafi mengambil jalan pintas dengan memanjat pagar tetangga yang tingginya hampir 2 meter, masih dengan celana tidurnya. Perasaanku campur aduk. Geli,khawatir diselipi rasa syukur tak terhingga. Karena di dalam hati putraku telah terinstal keasadaran akan kewajiban sholat fardhu dan keutamaan berjamaah di mesjid.

Bukan hanya sekali Rafi seperti ini, berlari saat iqomat terdengar. Namun tak "seheroik" subuh ini.

Alhamdulillah, sholat subuh berjamaah di mesjid sudah menjadi kebiasaan bagi Rafi. Namun subuh ini tentu membawa pelajaran berharga bagiku bahwa saat abahnya tak di rumah, dan Rafi belum bangun, gembok pagar harus sudah terbuka, agar tak ada lagi peristiwa "lompat pagar" yang terulang. Dan yang terpenting adalah bagaimana membiasakannya bangun lebih awal, agar tak tergesa melaksanakan sholat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar